Bikin Merinding, Ini Loh Pesan Terakhir Bripda Febriyan Sebelum Tewas Ritual Maut di Pantai Payangan

Jember Jatim, SIBER88.CO.ID_Inilah pesan terakhir bintara polri Bripda Febriyan Duwi kepada istrinya sebelum tewas ritual maut di Pantai Payangan Jember, Jawa Timur.

Istri Bripda Febriyan Duwi yang benama Diana tidak mengetahui suaminya mengikuti ritual yang berakhir dengan tragis tersebut, Minggu dini hari (13/2/2022).

Sebelum mengikuti ritual, Bripda Febriyan hanya pamitan kepada istrinya akan pergi ke Pantai Payangan.

Hanya saja, Bripda Febriyan tidak menjelaskan kepada sang istri tentang tujuannya ke pantai tersebut.

“Bilangnya cuma mau pergi ke pantai. Tidak bilang kalau ada ritual,” kata Diana menyampaikan pesan Bripda Febriyan memalui sambungan telepon.

Pasangan suami istri itu baru setahun ini menikah. Namun, Bripda Febriyan dan Diana diketahui tidak serumah.

Pasalnya, Diana kerja di Probolinggo, sementara Bripda Febriyan bertugas di Polsek Pujer Bondowoso.

Bripda Febriyan diketahui melakukan ritual di Pantai Payangan bersama kelompok pengkajian Tunggal Jati Nusantara, Jember.

Dalam ritual maut tersebut, ada 24 orang menjadi korban, 11 di antaranya meninggal dunia setelah terseret ombak, termasuk Bripda Febriyan.

Para korban berasal dari beberapa kecamatan di Kabupaten Jember, seperti Sukorambi, Patrang, Ajung, juga Rambipuji.

Mereka berangkat dengan dipimpin oleh ketua kelompok itu, Nh (Nurhasan), warga Desa Dukuhmencek Kecamatan Sukorambi.

Ritual dengan siku saling bergandengan.

Kapolsek Ambulu AKP Ma’ruf mengungkapkan, dari keterangan saksi yang sudah diperiksa terlebih dahulu, ada 20 orang anggota kelompok itu yang turun di tepi pantai.

“Ya di situ, di tepi pantai itu,” ujar Ma’ruf kepada Surya, sambil menunjuk titik yang dipakai ritual.

Ke-20 orang itu berdiri dengan siku saling digandengkan.

“Sedangkan yang empat menunggu di atas,” imbuhnya.

Keempat orang itu, satu orang sopir yang memang tidak ikut ritual, dan tiga orang petinggi kelompok yang berada kawasan pasir yang lebih atas.

“Saat masih berdiri itulah, ombak besar datang. Waktu kejadian sekitar pukul 00.30 – 01.00 Wib, dini hari tadi,” lanjutnya.

Daftar korban

Polda Jatim melakukan pemeriksaan luar 10 jenazah korban ritual berujung maut di Rumah Sakit Soebandi, Jember.

Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk memastikan penyebab kematian semua korban akibat kecelakaan di bibir Pantai Payangan.

Adapun nama-nama korban tewas yakni:

  1. Sulastri (42) warga asal Desa Gebang Kecamatan/ Kabupaten Jember.
  2. Pinkan (13) warga asal Desa Tawangalun Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
  3. Arisco (21) warga asal Desa Gumukmas Kabupaten Jember.
  4. Ida (33) warga asal Desa Tawangalun Kabupaten Jember.
  5. Bripda Febrian Duwi (25) warga asal Desa Sumber Salam Kecamatan Tenggaran Kabupaten Bodowoso
  6. Yuli (42) warga asal Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
  7. Basuni (55) warga asal Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.
  8. Sofi (22) warga asal Kecamatan Gebang Kabupaten Jember.
  9. Sri Wahyuni (30) warga asal Kecamatan Gebang Kabupaten Jember.
  10. Syaiful bahri (35) warga asal Kecamatan Ajung Kabupaten Jember.

Perlu diketahui, korban tewas dalam peristiwa ini ada 11 orang.

Akan tetapi, 1 korban atas nama Kholifah warga Desa Gugut, Rambipuji, sudah selesai dilakukan pemeriksaan antem mortem.

Hasil analisis, korban mengalami luka di bagian pelipis mata dan cidera di bagian kaki.

Dugaan kuat korban terbentur tebing setelah tergulung ombak ganas pantai selatan.

Kesaksian korban selamat

Salah satu korban selamat dari ritual maut di Pantai Payangan yang menewaskan 10 warga Jember, Jawa Timur,

menceritakan ritual yang dilakukan oleh rombongan berjumlah 24 orang tersebut.

Korban selamat bernama Bayu tersebut menjelaskan, mereka datang untuk melakukan ritual berupa meditasi di tepi Pantai Payangan, Jember.

“Meditasi,” kata Bayu, Minggu (13/2/2022), melansir dari Kompas TV dalam artikel ‘Korban Selamat Ungkap Ritual di Pantai Payangan Jember, 10 Meninggal Terseret Ombak’.

Menurutnya, mereka melakukan meditasi di pinggir laut. Namun, saat itu tiba-tiba ombak besar datang dan menyeret rekannya.

“Ada ombak dua kali datang. Ombak pertama ini saya berdiri terus lari saya menghindari ombak kedua.”

Ombak tersebut kemudian menyeret belasan orang dan 10 orang di antaranya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

Kesepuluh jenazah tersebut sudah tiba di Puskesmas Ambulu, Jember, untuk proses identifikasi dan pendataan.

“Di puskesmas ambulu sudah ada 10 jenazah yang menunggu proses identifikasi dari kepolisian,” jurnalis Kompas TV Jember, Hernawan, melaporkan dari Puskesmas Ambulu.

Berdasarkan pantauan dan informasi yang diterima, sejumlah keluarga sudah datang menjemput namun belum bisa dibawa pulang karena masih proses identifikasi berikut pendataan.

“Dari informasi yang kami terima, para korban berusia dewasa, beulm terkonfirmasi di bawah umur.”

“Berdasarkan penjelasan seorang korban selamat, Bayu, waktu itu memang sedang melakukan ritual sebanyak lebih dari 20 orang, tiba-tiba ada ombak dua kali menerjang,” imbuhnya.

Masih berdasarkan pantauannya, petugas puskesmas tidak mendirikan posko, tetapi ada meja pelayanan yang dibantu oleh petugas kepolisian dan TNI.

Mengenai identitas dan alamat para korban, Hermawan mengatakan dirinya belum mendapatkan identitas secara pasti.

“Yang pasti, kata dia, dari informasi yang kami terima korban berasal dari sejumlah daerah di Jember.

“Dari pantauan kami, dalam mengevakuasi jenazah menggunakan sejumlah mobil ambulans, yang jumlahnya kami tidak tahu pasti karena memang waktu itu ambulans silih berganti datang. Ada yang datang dan menjemput kembali.”

Selain korban meninggal, sebanyak tiga korban selamat juga dirawat di puskesmas Ambulu. Semuanya dilakukan pemantauan medis.

“Sebagian merasakan sesak diduga kerena tersedak atau menelan air laut”.

(Siber88/Tribunnews)